Cari Blog Ini

Sabtu, 11 November 2017

LULUSAN SARJANA KOK NGGAK KERJA ?



Suatu pagi di hari yang cerah saat aku sedang berada di toko milik Ibu mertua, ada seorang Bapak tua berusia antara 60-70 tahun, memakai celana panjang bahan kain berwarna hitam, atasan kaos berkerah dan memakai ikat pinggang, juga memakai kacamata hitam serta sandal dari bahan kulit, mengendarai sepeda motor berwarna hijau. Bapak itu mendatangi  toko. Katanya sedang mencari sangkar burung perkutut. 

Sambil memilih, aku sebagai penjual mengajaknya mengobrol dan sedikit menjelaskan tentang beberapa jenis sangkar burung perkutut. Setelah mendapatkan apa yang diinginkan, Bapak itu menyuruhku membantu mengikat sangkar burung di jok motor bagian belakang. Sambil mengikat sangkar Bapak itu bertanya :

Dek, kok tak sekolah ?” tanyanya sambil memegangi sangkar.
Maaf pak, saya sudah lulus, udah nikah juga” jawabku sambil mengikat simpul tali.
Umurnya berapa ? Tak lanjut kuliah e ?” tanya bapak itu lagi.
Alhamdulillah pak, udah lulus juga, umur 26 tahun ” sambung jawabku.
Kok tak kerja? Kalo Cuma jaga toko gini aja lulusan SMP juga bisa, kan sayang ijazahnya sampai tak kerja, cari kerja lah” kata si Bapak bernada sinis.


Aku tersenyum dan tidak berkata apapun , meskipun dalam hati rasanya sedikit kurang nyaman. Dan pernyataan seperti "ini" tidak sekali dua kali dilontarkan seseorang kepadaku, sudah sering bangett. Dalam hati ingin sekali menjawab pertanyaan si Bapak  “Saya bukannya gak mau kerja pak, tapi saya disini kan ikut Suami, dan suami saya gak ngebolehin kerja jauh, sedangkan saya melamar kerja di sekitar sini juga gak ada panggilan”. Tapi saat itu aku memilih diam daripada bikin si Bapak sakit hati.

Kadang aku sendiri tidak habis pikir, pada orang lain yang sama sekali tidak saling mengenal tapi bisa memberi pernyataan seperti itu. Untungnya aku selalu positif tingking “ahh mungkin saja anak-anak Bapak itu semuanya bekerja setelah lulus sekolah, makanya heran dengan melihatku yang setiap harinya hanya melayani pelanggan di sebuah toko kecil”. Saat sedang galau memikirkan itu semua, aku selalu mengingat pesan Bapak Ibuku dulu,

 “Sing manut karo Bojo ya nduk, ojo galak-galak, nak Bojomu ngrawehi kerjo yo rak sah kerjo

Yang kalau dalam bahasa Indonesia artinya,

Yang nurut sama Suami ya, jangan galak-galak, kalau Suamimu gak bolehin kamu kerja, ya gak usah kerja.”

Berbeda dengan pria, wanita yang sudah menikah memang punya kewajiban yaitu harus nurut apa kata Suami, sekalipun itu bertentangan dengan keinginan hati. Tapi itulah yang namanya menikah “menyempurnakan agama”. Dulu seorang teman pernah berkata “Nikah itu menyempurnakan agama, jadi pasti sulit untuk menjalaninya, makanya harus kuat terhadap apapun”.


Pikiran setiap orang pasti berbeda, ada yang berpendapat “kalau lulus sekolah/kuliah ya harus bekerja biar ijazahnya terpakai”, ada juga yang berpendapat, “kuliahku untuk bekalku membangun usaha dan mencerdaskan anak-anakku.
Jika kita tahu mana yang paling baik untuk kita, kita tidak perlu mendengarkan apa kata orang . Kalau kata orang Jawa bilang “Mlebu kuping kiwo metu kuping tengen” yang artinya gak usah didengerin. 

Jadi kalau ada yang nyinyiran “kok kamu gak kerja sih, kan sayang ijazahnya” tidak lagi membuatku galau, toh banyak juga wanita sukses yang hanya berkarir dirumah.  Tapi balik lagi sih ke individu masing-masing, semua rezeki sudah diatur sama Allah.



"Semua orang punya mulut, mereka berhak mengomentari apapun, dan kita punya dua telinga dua tangan, kalau tidak suka tinggal tutup telinga aja"

Teman-teman disini ada yang pernah ngalamin hal kayak aku gak sih ?

Tidak ada komentar:

Pesona Gurun Pasir Telaga Biru di Bintan

Hai manteman, siapa sangka Pulau Bintan, salah satu pulau di Povinsi Kepulauan Riau yang menyimpan sejuta pesona keindahan lautnya...